HULU SUNGAI TENGAH – Program KKN MBKM yang dijalankan oleh mahasiswa UIN Antasari Banjarmasin kembali memberi kontribusi positif bagi masyarakat Desa Masiraan. Kali ini, kegiatan difokuskan pada inovasi pengolahan daun sapat menjadi produk teh herbal, yang diharapkan dapat menjadi ciri khas desa sekaligus membantu meningkatkan perekonomian masyarakat.
Daun sapat, tanaman yang selama ini hanya dijual mentah oleh warga Desa Masiraan, kini “naik kelas” menjadi teh herbal yang wangi, menyehatkan, dan bernilai jual. Inovasi ini datang dari tangan kreatif seorang mahasiswa KKN MBKM UIN Antasari Banjarmasin yang merupakan program kerja individu dari penelitian skripsi yang dilakukannya. Tujuannya sederhana tapi berarti: mengajak warga melihat potensi yang ada di sekitar mereka, lalu mengubahnya menjadi peluang ekonomi.
Kegiatan ini berangkat dari potensi alam Desa Masiraan yang kaya akan tanaman pohon daun sapat. Selama ini, daun tersebut hanya dimanfaatkan sebatas dijual dalam bentuk mentah dengan harga yang relatif rendah, padahal memiliki berbagai macam manfaat kesehatan. Melihat peluang tersebut, sang mahasiswa menginisiasi pelatihan pengolahan daun sapat menjadi teh herbal sebagai produk siap saji yang berpotensi menjadi ikon desa sekaligus sumber pendapatan baru bagi warga.
Pelatihan yang berlangsung di Posko KKN Desa Masiraan RT.04 pada tanggal 1 Agustus 2025 yang diikuti oleh beberapa ibu rumah tangga, hingga para remaja, mereka sangat antusias mengikuti pelatihannya. Sambil bercengkerama, mereka belajar langkah demi langkah mengolah daun sapat, mulai dari memilih daun terbaik, menjemur dengan teknik yang tepat, menggiling, mengemas dalam bungkus cantik yang siap dijual, serta strategi pemasaran baik secara langsung maupun media sosial secara sederhana.
“Dulu kami cuma menjual daun mentah. Sekarang rasanya bangga sekali bisa bikin teh herbal sendiri dan itu dari daun sapat, rasanya enak dan kemasannya menarik. Apalagi kalau nanti laku dijual di luar desa,” kata Ibu Saniah, salah satu peserta pelatihan, sambil menunjukkan kemasan teh buatannya.
Menurut Rahmatun Hasanah, Mahasiswa KKN MBKM pelaksana program menjelaskan bahwa kegiatan ini bukan sekadar hanya untuk memenuhi kewajiban akademiknya saja, tetapi juga ingin memberi dampak langsung kepada Masyarakat. “Saya ingin kegiatan ini benar-benar bermanfaat bagi masyarakat. Kalau teh herbal daun sapat ini dikelola serius, saya yakin bisa jadi produk khas Desa Masiraan dan bisa membantu meningkatkan pendapatan ekonomi mereka,” ujarnya.
Pelatihan diakhiri dengan pembagian hasil teh herbal buatan peserta. Wajah-wajah sumringah tampak di ruangan. Bukan hanya karena mereka membawa pulang teh wangi yang baru saja dibuat, tapi juga karena disertai harapan bahwa potensi lokal (tanaman pohon daun sapat) dapat menjadi sumber ekonomi baru bagi masyarakat.
Penulis: Rahmatul Hasanah (Prodi S-1 Perbankan Syariah FEBI)
Fotografer: Tim KKN MBKM
Penyunting: Humas