Selain KKN Internasional dan moderasi beragama, LP2M akan menyelenggarakan KKN Tematik Pencegahan stunting dalam waktu dekat ini. Program KKN tersebut akan bekerjasama dengan BKKBN Provinsi Kalimantan Selatan. Demikian hasil rapat tindak lanjut antara LP2M dengan BKKBN provinsi (26/07) di Rampa Idah Jaya, Benua Anyar .
“KKN tematik ini sebenarnya merupakan tindak lanjut dari hasil pertemuan nasional antar pimpinan perguruan tinggi dan gagasan langsung oleh wakil presiden RI” tutur Nuryadin, Koordinator Pusat PKM LP2M.
Sesuai dengan arahan presiden RI tanggal 25 Januari 2021, bahwa BKKBN merupakan leading sektor untuk percepatan penurunan stunting di setiap provinsi. Setidaknya, dengan adanya kolaborasi antar lembaga ini, program pemerintah terkait pencegahan stunting akan langsung terlaksana dan tepat sasaran. Disisi lain, UIN Antasari dapat mewujudkan salah satu tridharmanya, yaitu mengabdi langsung pada masyarakat.
Adapun terkait titik lokasinya, BKKBN sendiri sudah mempunyai peta lokasi yang di dasarkan pada hasil survei. “Untuk UIN Antasari, boleh jadi kami akan tunjuk Kabupaten Tapin, HSS, dan Kotabaru”, ucap Shandy Yuniar Suryono, Penyusun Kerjasama Pendidikan Kependudukan BKKBN Kalsel.
Penunjukan lokasi itu direspon dengan antusias oleh LP2M. Karena beberapa lokasi yang ditawarkan oleh BKKBN memang sebagian sudah biasa ditempati KKN LP2M. Artinya, LP2M sudah bisa mengenali seperti apa kondisi lapangan yang akan dihadapi. “Kami akan sesegera mungkin menjajaki lokasi yang sudah disurvey BKKBN tersebut, dan terus terang kami sangat antusias”, sambut Nuryadin.
Adapun batasan jumlah peserta, BKKBN membatasi hanya sampai 90 orang untuk menempati lokasi yang memang rawan stunting di tiga kabupaten itu. “Terkait teknis pelaksanaan KKN, BKKBN akan mengikuti regulasi KKN UIN saja”, lanjut Shandy. Jumlah yang terbatas ini merupakan perhitungan matang dari BKKBN sendiri agar program pencegahan stunting ini bisa berjalan efektif dan efisien.
Ketika di lapangan KKN, mahasiswa yang mengabdi akan diminta secara aktif untuk mensosialisasikan kepada masyakat terkait pencegahan stunting. Oleh karena itu perlu calon peserta KKN ini perlu diseleksi. “Karena adanya pembatasan peserta sebanyak 90 orang maka kita perlu melakukan seleksi. Disisi lain, karena program KKN ini menuntut mahasiswa aktif mensosialisasikan (program cegah stunting), boleh jadi mahasiswa yang aktif berorganisasi akan menjadi pertimbangan utama seleksi peserta KKN ini” pungkas Nuryadin.
Sebagai informasi, KKN ini direncanakan akan terlaksana pada bulan September-Oktober 2023. Namun prosesnya akan mulai pada akhir bulan Juli ini. (MRS)
