Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat UIN Antasari Gelar Borneo Islamic Research Forum (BIRF), Libatkan Puluhan Pemakalah
BANJARMASIN – Selasa (29/10/2024) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) UIN Antasari, menjadi tuan rumah The 3rd Borneo Islamic Research Forum (BIRF). Beberapa Perguruan Tinggi yang tergabung dalam BIRF ini datang ke Banjarmasin, mereka dari IAIN Pontianak, IAIN Palangka Raya, UIN Sultan Aji Muhammad Idris Samarinda, juga dari Negara tetangga Malasyia dan Brunei Darussalam. Acara dilaksanakan di Auditorium Mastur Jahri Kampus 1 UIN Antasari Banjarmasin.
Sekretaris LP2M UIN Antasari Dr. Muhammad Rusydi, M.Ag. dalam laporan panitia menjelaskan, kegiatan ini mengangkat tema “Religious Diversity and Development in Borneo”. Sehingga tekannya, keberadaan Ibu Kota Nusantara (IKN) telah menjadi perhatian sejumlah peneliti.
“IKN menjadi satu posisi penting perkembangan Borneo,” jelasnya dalam Bahasa Arab.
Untuk itu panitia berharap, para peneliti di tanah Borneo bisa mempererat kebersamaan lewat forum ini, guna menunjukkan eksistensi dan kepedulian bersama atas isu-isu terkini.
“Bahwa kita juga mampu membicarakan pulau kita sendiri, bukan hanya dibicarakan orang lain,” ucap Dr. Rusydi.
Salah satu pendiri BIRF Dr. Umar Fauzan, M.Pd. dalam sambutan berbahasa Inggris, turut mengajak para peneliti ikut mendukung perkembangan pembangunan Borneo. Apalagi pulau ini akan menjadi pusat perhatian Indonesia di masa depan.
“Sehingga kita harus siap, karena ini akan menjadi tugas besar bagi kita semua, untuk mencari solusi dari berbagai problem yang dihadapi,” ujar Dr. Umar yang juga Sekretaris LP2M UIN Sultan Aji Muhammad Idris Samarinda.
Rektor UIN Antasari Banjarmasin Prof. Dr. H. Mujiburrahman, M.A. turut membawakan pidato kunci, yang mengurai panjang sejarah peran keberagaman agama dalam pembangunan.
“Saya percaya, kekuatan agama sebagai etika publik, bisa menjadi pendorong para pemangku kepentingan agar tidak bertindak sewenang-wenang, karena demi kepentingan jangka pendek, bisa menghancurkan masyarakat kita dalam jangka panjang,” pungkas Rektor sebelum membuka acara.
Dr. Hariansyah, dosen Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak ikut menjadi peserta di acara ini.
Menurut Hariansyah, dalam sesi paralel menyampaikan hasil penelitiannya bersama mahasiswa PGMI FTKIK IAIN Pontianak, Utin Febri Handayani, tradisi mande’ bedil keraja’ yang secara rutin digelar oleh Keraton Pakunegara Tayan, melibatkan banyak pihak. Tidak saja Raja dan kalangan keluarga Tayan, tetapi juga Masyarakat dari berbagai latar belakang di Tayan. Salah satu yang aktif dalam persiapan dan pelaksanaan tradisi ini adalah orang-orang Dayak Entangis, Dayak Tebang dan Dayak Toba. Bahkan juga diikuti oleh etnik Chinese namun tidak ikut dalam acara ritualnya.
Lebih lanjut Hariansyah mengatakan Upacara mande’ bedel keraja Kerator Pakunegara Tayan penting dilestarikan. Tradisi ini telah menjadi pemersatu warga Masyarakat berbagai latar belakang suku dan agama di sini (Pontianak).
